Ahlan Wa Sahlan

THE WORLD OF ISLAMIC ASTRONOMY

Rabu, 20 April 2011

PERAN KEMAJUAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENUNJANG HISAB RUKYAT KONTEMPORER

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya
dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat)
bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu)”.
(QS. Yunus:5)

Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan bulan Qamariah. Di antara ibadah-ibadah itu adalah shalat Idul Adha dan Idul Fitri, shalat gerhana bulan dan matahari, puasa Ramadan dengan zakat fitrahnya, haji dan sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya diperhitungkan menurut perhitungan bulan Qamariah.
Sudah menjadi tradisi bahwa setiap menjelang awal-akhir Ramadan, masyarakat (awam) selalu mempertanyakan kapan tibanya. Pertanyaan ini kiranya wajar muncul karena sampai sekarang belum nampak adanya consensus (ijma’) tentang dasar yang digunakan dalam penetapan tersebut, apakah menggunakan hisab (perhitungan), atau menggunakan rukyat (melihat hilal) atau hisab imkan al-rukyat (hisab yang menyatakan hilal mungkin untuk dapat dilihat).
Mengenai penentuan awal bulan Qamariah memang sering terjadi perselisihan cara yang dipakai. Satu pihak ada yang mengharuskan dengan rukyat saja dan pihak lain menghendaki dengan hisab saja. Masing-masing mengemukakan argumentasi dan dalil-dalilnya sendiri, baik dalam al-Qur’an maupun hadis.
Mestinya, dua metode yakni hisab dan rukyat merupakan dua metode yang saling melengkapi. Metode hisab sebagai prediksi sebelumnya, statusnya masih sebatas hipotesis verifikatif yang masih memerlukan pembuktian observasi (rukyat). Sehingga kontinuitas rukyat yang dibuktikan dengan hasil hisab harus selalu dilakukan setiap akhir bulan Qamariah, tidak terbatas rukyat pada akhir bulan Sya’ban, Ramadan dan Dzulqa’dah saja. Pada akhirnya ketinggian hilal (irtifa’ al-hilal) dapat dihasilkan sebagai hasil kompromi metode hisab dan rukyat secara empiris ilmiah.
Sebenarnya, secara teknis ilmiah, posisi dan gerakan benda-benda langit sudah dapat dihitung, yaitu dengan ilmu astronomi modern dan bantuan komputer yang sangat teliti. Jangankan penampakan hilal yang sangat biasa dan selalu terjadi setiap bulan, perhitungan gerhana bulan maupun matahari yang relatif jarang pun bisa diperkirakan melalui perhitungan yang sangat teliti. Bahkan, soal yang jauh lebih rumit, seperti peristiwa langka berupa penampakan komet yang terjadi setiap puluhan tahun bahkan ratusan tahun sekali, bisa diperhitungkan dengan baik.
Ilmu hisab untuk menghitung posisi bulan dan matahari, sebagai bagian astronomi, bukanlah ilmu langka. Kini banyak yang menguasainya, termasuk ormas Islam, seperti Muhammadiyah, NU, dan Persis.
Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi yang jauh lebih tinggi dan akurat. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada. Bahkan dengan banyaknya program komputer, siapa pun yang bisa mengoperasikannya dengan mudah dapat menghitung posisi bulan dan matahari. Masalahnya, tidak semua orang mengerti arti angka dalam penentuan awal bulan Qamariah, khususnya dalam penentuan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
Kini, dengan metode astronomi yang sama, bahkan dengan program komputer, hasil hitungan pasti akan sama. Tidak peduli siapa yang menghitung, apakah Muhammadiyah, NU, Persis, atau orang awam. Terlalu naif, ada yang merasa hasil hisab-nya lebih unggul dan seolah metodenya beda dengan metode ormas lain yang menggunakan rukyat. Padahal tidak ada bedanya, semua ormas bisa menghitung dengan hasil yang sama.
Dalam astronomi, yang menjadi induk ilmu hisab dan rukyat, tidak ada dikotomi antara hisab (perhitungan) dan rukyat (observasi). Keduanya saling mendukung dan tidak bertentangan. Kekisruhan yang terjadi dalam perbedaan penentuan Idul Fitri semata-mata lebih bernuansa kesalahpahaman hisab rukyat yang diperparah dengan ego keormasan.
Kemajuan di bidang astronomi saat ini telah telah memasuki era modern yang memungkinkan kita untuk menentukan posisi benda-benda langit dengan ketelitian tinggi, termasuk di dalamnya penentuan posisi bumi, bulan dan matahari. Perkembangan astronomi modern ini dapat dimanfaatkan untuk membantu menentukan awal bulan Islam, yang sampai saat ini masih merupakan problematika yang dihadapi umat Islam.
Di samping membantu memecahkan masalah untuk hisab dan rukyat, kemajuan-kemajuan teknologi tersebut juga menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. Permasalahan garis tanggal, wilayat al-hukmi, kriteria awal bulan dan lain-lain muncul di era modern ini. Namun demikian kemajuan teknologi juga ikut berperan dalam mengimplementasikan astronomi modern untuk hisab dan rukyat. Misalnya, kemajuan di bidang komputer dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan program komputer untuk membantu permasalahan hisab dan rukyat. Program komputer semacam ini ditulis dengan bahasa pemrograman yang mampu mengimplementasikan rumus/model yang berkembang dalam astronomi modern.
Teknologi komputer merupakan bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat, bahkan pada dasarnya teknologi secara umum dan komputer secara khusus adalah salah satu sarana utama bagi manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Perkembangan teknologi akhir-akhir ini berjalan sedemikian pesatnya, dan teknologi komputer termasuk yang sangat cepat merambah sampai hampir di seluruh aspek kehidupan sehingga era saat ini banyak orang menyebutnya sebagai era komputerisasi.
Dengan kemajuan teknologi yang didukung perangkat komputer modern, hasil hisab/rukyat yang dilakukan umat Islam di belahan bumi lain dapat diketahui dengan cepat atau bahkan dalam hitungan milidetik oleh umat Islam di belahan bumi yang lainnya. Di satu sisi perkembangan teknologi ini mampu mempercepat arus informasi, di sisi lain membawa dampak yang cukup pelik karena umat Islam sekarang ini terkotak-kotak dalam negara yang berbeda-beda sehingga tidak ada satu keputusan yang mengikat untuk seluruh umat (mathla’).
Sisi positif lain, perkembangan komputer yang pesat diharapkan dapat mendukung pelaksanaan hisab dan rukyat al-hilal, sehingga perbedaan-perbedaan yang terjadi di masyarakat yang berkisar seputar hasil hisab dan rukyat dapat diminimalkan. Dalam hal ini, komputer ataupun teknologi bukan satu-satunya faktor yang dapat memecahkan permasalahan perbedaan dalam kalender Islam. Teknologi komputer hanya merupakan sarana bantu untuk memperkecil kesalahan-kesalahan manusiawi yang biasa terjadi.
Di antara program-program komputer berbasis astronomi modern yang mendukung penentuan awal bulan Qamariah adalah Islamic Computing Center, Minaret Version 1.0, Astronomy for Islam, Moon Phases, Misal, Mawaaqit, Falakiyah, Winhisab Ascript, Astro Info, Starrynight dan banyak software-software falak yang lain. Sistem hisab dalam program-program tersebut memiliki tingkat ketelitian yang tinggi sehingga dikelompokkan dalam High Accuracy Algorithm.
Dengan munculnya program-program komputer tersebut bukan berarti kita tidak perlu lagi belajar ilmu hisab, untuk menjaga khazanah keilmuan khususnya ilmu falak, hendaknya kita harus tetap memelihara dan melestarikan ilmu hisab.

Daftar bacaan
• Azhari, Susiknan, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
• Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.
• Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya), Semarang: Komala Grafika, 2006.
• Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004.
• Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syari’ah Sains, dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.